Jumat, 10 Mei 2013

Rahasia di Balik Gerakan Sholat

Oleh : Andrias Nurkamil Albusthomi, M. Pd.I


Ingin tahu bagaimana tips untuk meningkatkan kecerdasan, mudah dalam proses persalinan, menghindari nyeri sendi, mencegahgangguan prostat, melancarkan pencernaan, menjaga kesehatan organ reproduksi dan menjagakekencangan kulit? « dalam tulisan ini akan diugkap rahasia di balik gerakan sholat, sehatdengan sholat ..!!. Tulisan ini kami share dari sahabat kami diFacebook ,  Asti Indriyani, salahsatu mahasiswa fakultaskedokteran,Universitas Islam Indonesia, semoga bermanfaat untuk kitasemua dan dapat menjadi salah satu motivasi serta pengikat hati kita untuk cinta dan rindu akanshalat dengan segala rahasia di baliknya. Dan tentunya dengan didukung oleh ketulusan dankeikhlsan karena-Nya.Apapun bidang dan profesi Anda, tentu sehat jasmani dan rohani adalah sebuah keniscayaanuntuk mendukung dan memperoleh kebahagiaan, betul bukan? «, dari seorang karyawan, ahlikomputer ,sastrawan,ahli hikmah,pengusaha dunia maya, hingga pimpinan negara « semuaingin sehat. Shalat adalah jalan untuk memulainya. Shalat adalah amalan ibadah yang paling

proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengangestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenispenyakit! Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulaimenelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan  fasilitasNyabagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahamankita mengenainya?, berikut dibahas beberapa manfaat gerakan shalat dimulai dari takbiratulihram hingga salam, selamat membaca.

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perutatau dada bagian bawah.
Manfaat:
Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan.Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saatmengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadilancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap inimenghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK 
 Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkansegelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat:
Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulangbelakang (corpus vertebrae)sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darahmaksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagiotot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegahgangguan  prostat.

I'TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggitelinga.
Manfaat:
Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perutmengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebihlancar.

SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat:
Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisamengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu,lakukan sujud dengan tumaninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya diotak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupunsujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK 
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir).Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat:
Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervusIschiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkanpenderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekanaliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jikadilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki padaiftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relakskembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturandan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat:
Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala.Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara,kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.

PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik.
Falsafahnya
adalah manusia menundukkan diriserendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmupsikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yangdidalami Prof . Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya.Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yangmemungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darahkaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dankontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari HarvardUniversitry , AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnyamenyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenaigerakan sujud.

PERINDAH POSTUR
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakanlainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuhbagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi padaotot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebihindah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN
 Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggangterangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominisexternuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebihdalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan

Kamis, 09 Mei 2013

Syekh Nawawi Al Bantani ( 1230 – 1314 H ) ( 1815 – 1897 M ) Maha Guru Sejati ( The Great Scholar ) Obor Mazham Imam Syafi’i Sufi

Syekh Nawawi Al Bantani ( 1230 – 1314 H ) ( 1815 – 1897 M ) Maha Guru Sejati ( The Great Scholar )Obor Mazham Imam  Syafi’i Sufi

 Oleh : Andrias Nurkamil Albusthomi, M. Pd.I


Ulama dari Banten yang terkenal, bahkan setiap tahun di hari jum’at terakhir bulan Syawal selalu diadakan acara Haol untuk memperingati jejak peninggalannya. Beliau adalah KH. Syekh Nawawi Al Bantani. Nama lengkapnya Abu Abdul Mu’thi bin Muhammad bin Umar. Lahir di Kampung Tanara, Desa Tirtayasa. Kec Serang. Kab Banten.

Lahir pada Tahun 1230 H/1815 M. dan Meninggal pada Tanggal 25 Syawal 1314 H / 1879 M, dalam usia 84 Tahun, di Syeb ‘Ali dan dimakamkan di Ma’la dekat Makam Siti Khodijah, Ummul Mukminin, Isteri Nabi SAW. sebuah kawasan pinggiran kota Mekkah.

Dari Silsilahnya, Syekh Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke- 12 dari Sulthan Maulana Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati, Cirebon ), ayah dari Sulthon Maulana Hasanudin ( Sulthan Banten pertama ). Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW. melalui Imam Ja’far Shodiq, Imam Muhammad Al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin.

Guru dan masa belajarnya
Masa Kecil belajar pada KH. Sahal ( Ulama terkenal di Banten ). Masa Kecil belajar pada KH. Yusuf ( Ulama Besar di Purwakarta ). Usia 15 Tahun pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji, setelah musim haji usai, beliau tidak langsung kembali ketanah air, dorongan menuntut ilmu menyebabkan beliau bertahan di Kota Suci Mekkah untuk belajar kepada Ulama-Ulama Besar kelahiran Indonesia dan negri lainya. Syekh Ahmad Khotib Sambas Kalimantan ( Imam Masjidil Harom ). Penyatu Thoriqoh Qodiriyyah-Naqsabandiyyah di Indonesia. Syekh Abdul Ghani Duma ( Mekkah ). Syekh Yusuf Sunbulawini ( Mesir ). Syekh Nahrowi ( Mesir ). Syekh Ahmad Dimyati ( Mekkah ). Syekh Ahmad Zaini Dahlan ( Mekkah ). Syekh Muhammad Khotib Hambali ( Madinah ). Pengarang Kitab Nafahat Syarah Warokot (W. 1915). Syekh Abdul Hamid Daghestani.

Murid-murid Syekh Nawawi di Indonesia diantaranya :
KH. Hasyim Asy’ari. Tebu ireng Jombang Jawa Timur ( pendiri NU ). KH. Kholil. Bangkalan Madura Jawa Timur. KH. Asy’ari. Bawean ( menikah dengan Nyi Maryam, Putri KH. Nawawi ).KH. Najihun. Kampung Gunung Mauk Tangerang ( menikah dengan Nyi Salma binti Rukayah binti Syekh Nawawi. Cucunya ). KH. Tubagus Muhammad Asnawi. Caringin Labuan Pandegelang Banten. KH. Ilyas. Kampung Teras. Tanjung Keragilan Serang Banten. KH. Abd. Gaffar. Kampung Lampung Kec. Tirtayasa Serang Banten. KH. Tubagus Ahmad Bakri. Sempur Purwakarta.

Karomah dan Karya-karya Syekh Nawawi
Di antara karomah beliau adalah, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam Ghozali), lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan sekedup onta (di jalan pun tetap menulis, tidak seperti kita, melamun atau tidur). Beliau berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi membekas, hingga saat Pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara (karena badan beliau tegap), ternyata beliau ditolak, karena adanya bekas api di jempol tadi.
Karomah yang lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain (sebagaimana lazim di Ma'la). Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah, Insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di Pemakaman Umum Ma'la.

Karya-karya Syekh Nawawi.
Diantaranya : Fathul Majid, Tijan Darori, Nuruz Zulam, Madarijus Su’ud/Mirqotus Su’udit Tashdiq ( Syariat Islam ), Syarah kitab Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba'alawi ), Bahjatul Wasail, Kasyifatus Saja, Nihayatuz Zain, Uqudul Zain,Tasyrih Fathul Qorib, Qomi Tugyan, Misbahuz Zulam, Bidayatul Hidayah, Tafsir Munir, Tanqihul Qoul ( kitab hadits ). Syarah Kitab Lubabul Hadits (Imam Suyuthi), Nashaihul Ibad ( kitab Hadits ), Syarah Kitab Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, Sulamul Munajah, Futuhatul Madaniyah, Futuhus samad, Tafsir Maroh Labib/Mirah Labib ( Rincian ayat-ayat Al-Qur’an ), Atsimar Al-Yaniah, Al Ibriz Al Daani, Al Aqdhu Tsamin Dll.

Sejarahnya
Setelah 3 tahun belajar di Mekkah Beliau kembali ke Tanah Air ( 1833 H ) untuk membantu Ayahnya mengajar para santri. Sejak kecil Syekh Nawawi telah menunjukan kecerdasannya lansung mendapat simpati dari masyarakat, kedatangannya membuat pesantren yang dibina oleh ayahnya banyak didatangi oleh santeri dari berbagai pelosok. Namun hanya beberapa tahun Beliau membantu Ayahnya, kemudian Beliau kembali ke Mekkah.

Alasan Beliau kembali ke Mekkah diantaranya :
- keinginan Beliau untuk mukim dan menuntut ilmu di negri yang menarik hatinya.
- kondisi tanah air yang saat itu di jajah belanda dan hampir semua Ulama Islam mendapat tekanan.

Setelah Beliau memutuskan untuk mukim di Mekkah dan meninggalkan kampung halamannya. Beliau menimba ilmu di Mekkah selama 30 Tahun. Pada Tahun 1860 H, Beliau mulai mengajar di lingkungan Masjidil Harom. Beliau menjadi murid Syekh Ahmad Khatib Sambas yang terpandang di Masjidil Harom. Ketika Syekh Ahmad Khatib Sambas uzur menjadi imam Masjidil Harom Syekh Nawawi ditunjuk untuk menggantikannya.

Pada Tahun 1870 H beliau banyak menulis kitab. Dalam menyusun karya-karyanya, Syekh Nawawi selalu berkonsutasi dengan Ulama-Ulama besar lainnya dan karya tulisnya tersiar keberbagai penjuru dunia sampai kedaerah Mesir dan Syiria. Karena karya-karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan padat isinya, nama Syekh Nawawi termasuk dalam kategori salah satu Ulama besar di Abad 14 H/19 M dan Beliau mendapat gelar “ Al Imam, Al Muhaqqiq, Al Fahhammah, As Sayyid Ulama Al Hijaz.

Karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani tidak hanya banyak dikaji dan dipelajari di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diantaranya : Malaysia, Thailan, Filipina Selatan ( Sekolah Agama Mindanao ), Mesir dll.


Pendapat

Menurut Ray Salam T. Mangondanan ( peneliti di Insitut Studi Islam, University of Phililppines ) pada sekitar 40 sekolah di Filipina Selatan masih menggunakan kurikulum tradisional.

Sulaiman Yasin seorang dosen di fakultas studi islam universitas kebangsaan Malaysia mengajar karya-karya Syekh Nawawi sejak periode 1950-1958 di Johor dan beberapa sekolah di Malaysia.

Menurut Martin Van Bruinessen, yang melakukan penelitian sejak tahun 1990- an diperkirakan pada 22 judul tulisan Syekh Nawawi dan dari 100 karya populer yang dijadikan contoh penelitiannya yang banyak dikaji dikawasan Indonesia di 42 Pon Pes Klasik mencatat bahwa karya-karya Syekh Nawawi mendominasi kurikulum Pesantren ( 11 judul karangan Syekh Nawawi ). Syekh Nawawi dengan aktivitas intelektualnya mencerminkan dan menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Ia banyak memiliki tulisan dibidang tasawuf yang dapat dijadikan rujukan standar bagi seorang sufi.

Brockleman ( penulis Belanda ) mencatat ada 3 karya Syekh Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya ( Misbahuz Zulam, QomitTugyan, Salalimul Fudhola) disana Ia banyak merujuk Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghojali.

Snaouck Hurgronje, orentalis yang pernah mengunjungi Mekkah tahun 1884-1885 M. mengatakan bahwa Syekh Nawawi, setiap hari sejak pukul 07.30 – 12.00 memberikan tiga perkuliahan. Di antara muridnya yang berasal dari Indesia adalah: KH. Kholil ( Madura ), KH. Asnawi ( Kudus ), KH. Tubagus Bakri, KH. Arsyad Thawil ( Banten ) dan KH. Hasyim Asy’ari (Jombang ). Paling tidak ada 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam Dictionary of Arabic Printed Books. Beberapa kalangan menyebutkan karya-karyanya mencapai 100 judul.

Selasa, 07 Mei 2013

KONSEP PENDIDIKAN AL GHAZALI

KONSEP PENDIDIKAN AL GHAZALI

Oleh : Andrias Nurkamil Albusthmi, M. Pd.I
Al-Ghazzali menilai bahwa ilmu itu harus mengantarkan orang yang mempelajarinya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Inilah yang disebut dengan ilmu bermanfaat. Sekiranya keduanya tidak bisa diraih, paling tidak kebahagiaan akhirat bisa diperoleh karena inilah kebahagiaan yang hakiki. Sekiranya ilmu itu memberi kebahagiaan bagi kehidupan dunia tapi tidak mengantarkan kebahagiaan akhirat maka ilmu ini bukan termasuk ilmu yang di maksud al-Ghazzali karena tidak ada artinya memperoleh kebahagiaan dunia tetapi memperoleh kesengsaraan di akhirat. Penekanan al-Ghazzali terhadap ilmu jalan akhirat ini tidak berarti al-Ghazzali mengabaikan atau meremehkan ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk kemaslahatan dunia atau ilmu-ilmu duniawi. Selama ilmu-ilmu dunia ini satu arah dengan tujuan mencapai kebahagiaan akhirat, maka ilmu ini merupakan ilmu yang bermanfaat. Al Ghazzali berkata :
Agama tidak teratur kecuali dengan teraturnya dunia, karena sesungguhnya dunia itu adalah ladang akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla bagi orang yang mengambilnya (dunia) sebagai alat dan persinggahan, bukan bagi orang yang menjadikannya sebagai tempat menetap dan tanah air.
Hal-hal utama dalam pendidikan dapat kita bagi dalam tiga elemen utama, yaitu yang mendidik (guru), yang dididik (murid), dan cara mendidik (metode). Oleh karena itu kunci keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung pada kesiapan guru mengajar, kesiapan murid menerima pelajaran, dan penggunaan metode yang tepat. Di dalam Ihya’ ‘Ulumuddin al-Ghazzali memang tidak secara langsung menyinggung tentang ketiga hal ini. Namun demikian, uraiannya tentang adab murid dan guru, cukup menggambarkan beberapa pemikirannya tentang konsep pendidikan yang merefleksikan pandangannya terhadap ketiga elemen penting tersebut. Berikut ini adalah beberapa konsep pendidikan al-Ghazzali dan analisis singkat relevansinya dalam sistem pendidikan saat ini.

a). Kriteria Akhlak dalam Belajar
Al-Ghazzali menyebutkan adab murid yang pertama adalah bahwa seorang murid harus membersihkan jiwanya dari akhlak tercela sebelum belajar. Ia menekankan hal ini karena berpandangan bahwa menuntut ilmu adalah suatu bentuk ibadah, yaitu ibadah hati (bathin), sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Menuntut Ilmu itu fardhu bagi setiap muslim (HR. Ibnu Majah)
Pada dasarnya setiap hal yang diwajibkan Allah kepada manusia merupakan ibadah, sedangkan menuntut ilmu diwajibkan (fardhu) bagi setiap muslim, maka dari itu menuntut ilmu adalah ibadah. Al-Ghazzali mengibaratkan menuntut ilmu dengan shalat. Jika shalat, yang merupakan ibadah lahir, harus didahului dengan membersihkan badan (wudhu), maka demikian pula halnya ibadah batin ini (menuntut ilmu) juga perlu dimulai dengan membersihkan jiwa dari berbagai bentuk kekotoran. Karena ilmu tidak akan masuk ke dalam jiwa yang kotor sebagaimana tidak diterimanya shalat jika dilakukan dalam keadaan tidak suci yang menunjukkan bahwa untuk belajar perlu ada persiapan kejiwaan.
Di sini juga al-Ghazzali mengisyaratkan suatu bentuk seleksi yang bukan hanya berdasarkan kecerdasan intelektual tetapi seorang murid juga harus memiliki suatu kriteria akhlak sebelum mendapat pelajaran atau diterima sebagai seorang murid. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan yang berlaku saat ini yang menghilangkan aspek akhlak dalam pendidikan dan hanya fokus pada aspek intelektual. Sistem pendidikan seperti ini akan menghasilkan lulusan dengan yang pengetahuan tinggi tapi pengetahuannya tidak membawa kebaikan, malah berpotensi membawa kerusakan di dalam masyarakat.
Mengenai pentingnya kriteria akhlak, al-Attas menyebutkan bahwa dalam seleksi penerimaan mahasiswa di tingkat pendidikan tinggi kriteria akhlak (perilaku) merupakan sesuatu yang harus menjadi pertimbangan. Ini berarti penerimaan mahasiswa di pendidikan tinggi tidak seharusnya berlandaskan pada prestasi-prestasi akademik formal saja.
Regarding entrance the higher level of education, it is not sufficient merely for an individual to allowed to qualify on the basis of good results in formal scientific subjects, as is practised today everywhere. No doubt personal conduct is recognized as important in many education systems, but their notions of personal conductare vague and not really applied effectively in education… 
Menurut al-Attas, meskipun sistem seleksi berbasis akhlak (perilaku) itu belum, atau belum banyak, dipraktikkan sampai saat ini, namun sistem seleksi itu bukanlah sesuatu yang sulit atau tidak praktis. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena alumni pendidikan tinggi adalah orang-orang yang akan memegang jabatan penting di masyarakat, sehingga baik-buruknya perilaku mereka akan berdampak besar terhadap kemaslahatan masyarakat banyak.

b). Meminimalkan Pengaruh Luar yang Dapat Mengganggu Konsentrasi Belajar
Di dalam adab murid kedua, al-Ghazzali menyebutkan bahwa seorang murid hendaknya meminimalkan keterkaitan dirinya dengan kesibukan dunia. Hal ini dinilai akan mengganggu konsentrasi belajar karena bila terlalu banyak mengerjakan urusan lain diluar pelajaran membuat murid menjadi terpecah pikirannya. Dalam suatu analogi, al-Ghazzali menyebutkan bahwa pikiran yang terpecah karena berbagai urusan ibarat sungai-sungai kecil yang terpencar-pencar sebelum sampai ke ladang (tujuan) telah habis dulu di tengah jalan karena telah habis diserap tanah atau menguap ke udara.
Konsep pendidikan yang berusaha membatasi interaksi murid dengan dunia luar seperti ini dapat kita temukan di dalam lembaga pendidikan seperti pesantren atau di dalam lembaga pendidikan modern dikenal sebagai boarding school (sekolah berasrama). Di dalam pendidikan seperti ini murid-murid relatif terisolasi dari keadaan luar yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Urgensi pendidikan model ini semakin terasa seiring dengan makin tidak amannya murid-murid sekolah dari berbagai gangguan yang ada di sekitarnya. Gangguan ini bisa berupa gangguan keamanan seperti perkelahian, kriminalitas, dan sejenisnya atau juga gangguan terkait aktivitas yang tidak penting namun banyak menyita waktu seperti jalan-jalan di mall, pesta-pesta, nongkrong, main games, dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat gangguan yang mempengaruhi fikiran seperti berbagai informasi yang merusak seperti yang bisa ditemukan di televisi, internet, permainan elektronik, majalah, koran, atau orang-orang disekitarnya. Di antara semua gangguan tersebut, teknologi merupakan gangguan yang harus diwaspadai secara khusus karena tidak semua orang menyadari bahwa perkembangan teknologi terkini, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, telah memberikan banyak masalah terhadap kegiatan pendidikan.

c). Kepercayaan dan Penghormatan Penuh Kepada Guru
Di dalam adab murid ketiga disebutkan bahwa seorang murid harus mempercayai gurunya layaknya kepercayaan pasien kepada dokter. Seorang murid juga tidak boleh sombong dan ia hendaknya selalu menghormati gurunya. Bagaimanapun juga, kelebihan guru terhadap murid terletak pada banyaknya pengalaman sehingga meskipun bisa jadi ada murid yang sangat pintar, tetapi bagi al-Ghazzali pengalaman guru lebih tinggi derajatnya dari kepintaran murid. Itu sebabnya seorang murid tidak boleh membantah gurunya dan harus mengikuti semua perintah gurunya. Bahkan menurut al-Ghazzali pendapat guru yang salah masih lebih baik daripada pendapat muridnya yang benar.
Di dalam pendidikan modern pendapat seperti ini terkesan tidak demokratis dan dianggap terlalu mendewakan guru. Namun jika ditelaah lebih dalam, hal ini merupakan hal penting dijaga karena untuk menjaga kewibawaan guru. Murid yang mendebat guru dengan cara yang berlebihan (tidak sopan) sehingga mempermalukan guru di hadapan murid-murid yang lain akan menghancurkan semua kepercayaan murid-murid terhadap otoritas guru dalam mengajar. Jika hal ini sampai terjadi proses pengajaran tidak lagi berjalan efektif karena murid-murid sudah kehilangan kepercayaan kepada gurunya. Meskipun seorang murid benar dalam hal ini, tapi ia telah menghancurkan sebuah sistem belajar yang sulit untuk diperbaiki.
Tidaklah tepat mengatakan bahwa dengan kepercayaan dan penghormatan murid terhadap guru inni al-Ghazzali telah mengabaikan kemungkinan guru berbuat semena-mena terhadap murid. Karena disamping murid, menurut al Ghazzali guru juga harus memiliki adab. Jika seorang murid saja dituntut suatu kriteria akhlak yang tinggi sebelum menempuh pendidikan apalagi halnya bagi pengajar. Di dalam adab guru yang pertama al Ghazzali menyebutkan bahwa seorang guru hendaknya menyayangi murid-muridnya seperti orang tua menyayangi anak-anaknya. Sementara di dalam adab kedua, disebutkan pula seorang guru hendaknya merupakan seorang yang meneladani Rasulullah dan tidak meminta upah dalam pengajarannya. Dengan demikian, sikap semena-mena tersebut kecil kemungkinannya muncul dari seorang guru yang memiliki kriteria adab seperti tersebut di atas.

d). Proses Pendidikan Dilakukan Dengan Kasih Sayang
Al-Ghazzali menilai kedudukan guru lebih tinggi dari kedudukan orang tua karena seorang gurulah yang memberi manfaat bagi kebahagian akhirat seseorang sedangkan orang tua berjasa bagi kehidupan dunianya. Dengan demikian jika dalam pergaulan dengan seorang anak dengan orang tua dilakukan dengan kasih sayang, maka lebih-lebih lagi jika pergaulan itu dilakukan antara guru dengan murid. Hal ini juga ditegaskan oleh hadits Rasulullah SAW:
Sesungguhnya aku bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya. (H.R. Abu dawud, An Nasa‘i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibah dari hadits Abu Hurairah)
Al-Ghazzali memandang Rasulullah adalah guru bagi para sahabat dan beliau mengibaratkan hubungan dirinya dengan para sahabat seperti hubungan antara anak dan orang tua. Oleh karena itu tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa guru adalah juga orang tua bagi murid-muridnya.
Di dalam sistem pembelajaran modern saat ini sifat kasih sayang antara guru dan murid ini terasa semakin berkurang. Salah satu sebabnya adalah karena kecenderungan sekolah yang semakin berorientasi bisnis. Ini membuat hubungan antara guru dan murid lebih terkesan sebagai hubungan antara penjual dan pembeli. Guru hanya merasa berkewajiban memberi ilmu karena untuk itulah ia dibayar. Sedangkan murid merasa bahwa ia memiliki hak untuk mendapat ilmu dari guru karena merasa bahwa ia telah menunaikan kewajibannya membayar uang sekolah.
Jika konsep pendidikannya adalah konsep yang mengedepankan kasih sayang maka proses pendidikan akan bersifat menyeluruh. Menyeluruh di sini adalah dalam pengertian bahwa seorang guru tidak cukup hanya memperhatikan atau bertanggung jawab pada perkembangan belajar muridnya secara intelektual saja, tetapi juga memperhatikan perkembangan akhlak murid tersebut. Seorang murid harus senantiasa diingatkan dan dinasehati bahwa tujuan belajar adalah mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan atau kekayaan dunia. Disamping itu guru berkewajiban mencegah muridnya dari berlaku buruk, dan apabila murid melakukan perbuatan tercela maka seorang guru berkewajiban mengingatkannya. Namun demikian, hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara tidak langsung atau terang-terangan, dan juga dengan cara baik atau kasih sayang karena hal ini akan mengurangi potensi pembangkangan dan sakit hati murid akibat teguran tersebut.

e). Tahapan-Tahapan dalam Belajar
Di dalam adab murid keenam disebutkan bahwa belajar seharusnya dilakukan secara bertahap. Kebertahapan dapat berarti :
  1. Proses pendidikan dimulai dari mempelajari yang paling penting bagi murid. Ilmu yang paling penting adalah ilmu fardhu ‘ain. Ilmu fardhu ‘ain adalah prioritas pertama setiap pelajar. al-Ghazzali mencela orang yang menyibukkan diri dengan ilmu fardhu kifayah tetapi melupakan ilmu fardhu ‘ain.
  2. Dimulai dari yang paling mudah karena memulai belajar dari yang paling mudah memberikan semangat dan menghindarkan diri dari rasa putus asa.[11] Oleh karena itu dalam mendidik guru hendaknya menyesuaikan penyampaian pelajaran sesuai dengan kecerdasan atau daya tangkap murid. Al-Ghazzali melarang seorang guru memaksakan suatu pelajaran yang tidak bisa dicapai atau belum siap diterima oleh muridnya.
  3. Mengikuti urutan ilmu karena ilmu itu memiliki urutan, dalam pengertian suatu ilmu baru bisa dibahami jika sudah dikuasai ilmu yang lain, atau kita sebut dengan ilmu prasyarat. Dalam kasus-kasus tertentu, untuk memahami suatu ilmu seseorang harus memahami dulu ilmu prasyarat.
  4. Seorang murid harus menghindarkan diri mendengar perselisihan atau beda pendapat di antara ahli ilmu. Dalam satu bidang ilmu seorang murid apalagi pemula sebaiknya berpegang pada pendapat gurunya saja. Mengambil suatu ilmu pada beberapa orang pada saat yang bersamaan dapat membingungkan murid sehingga kemajuan belajarnya menjadi terhambat.

Do'a Anak yang soleh terhadap Orang Tua

oleh : Andrias Nurkamil Albusthomi, M. Pd.I

Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang boleh berbicara terus dengan Allah S.W.T Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah.Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.

Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan bertetangga dengan aku?".
Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mengikut tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dituju.

Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tuan rumah itu tidak langsung melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Tidak lama kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu digendongnya dengan cermat. Nabi Musa terkejut melihatnya. "Ada apa ini ?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan.

Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian diantar lagi ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudiannya diantar lagi ke kamar.
Setelah selesai barulah dia melayani Nabi Musa. Nabi Musa bertanya "Wahai saudara! Apa agama kamu?". "Agama ku Tauhid", jawab pemuda itu yaitu agama Islam. "Mengapa kamu membela babi? Kita tidak boleh berbuat begitu." Kata Nabi Musa.

"Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah orang tua kandungku. Oleh kerena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah merubah wajah mereka menjadi babi yang buruk rupanya. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Setiap hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menajdi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.", sambungnya.

"Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampuni. Aku bermohon supaya Allah menukarkan wajah mereka menjadi manusia kembali, tetapi Allah masih belum mengabulkan.", tambah pemuda itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. "'Wahai Musa, inilah orang yang akan bertetangga dengan kamu di Syurga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orang tuanya. Orang tuanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia berbakti juga. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak soleh disisi Kami."

Allah juga berfirman lagi yang artinya: "Oleh kerana dia telah berada di maqam anak yang soleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua orang tuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga."

Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa orang tua yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga. Ini juga hendaklah dengan syarat dia berbakti kepada orang tuanya. Walaupun hingga ke peringkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan orang tua kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.

Walau seburuk apapun perangai kedua orang tua kita itu bukan urusan kita, urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Walau banyak sekali dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah S.W.T supaya kedua orang tua kita diampuni Allah S.W.T.
Doa anak yang soleh akan membantu kedua orang tuanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para orang tua di alam kubur.

Sayang seorang anak kepada ibu dan bapanya bukan melalui hantaran uang, tetapi sayang seorang anak pada kedua orang tuanya ialah dengan doanya supaya kedua orang tuanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.

Amien

Rabu, 01 Mei 2013

PRINSIP DAN LANGKAH MANAJEMEN STRATEGIK




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
            Manajemen strategik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu manajemen. Hadir sebagai suatu solusi untuk memberdayakan keseluruhan organisasi (perusahaan) agar secara komprehensif dan sistematis mampu mewujudkan visi dan misi organisasi tersebut.
            Selama bertahun-tahun beragam konsep dan teori yang menjelaskan strategi dikembangkan. Mulai dari yang menekankan perhatian pada kemampuan organisasi untuk memaksimalkan sumber-sumber yang dimilikinya dalam menjawab peluang dan tantangan serta berbagai ketidakpastian yang berasal dari luar organisasi (Porter, 1985), sampai pada kajian yang menekankan pada kemampuan sumber-sumber internal organisasi untuk mendorong terjadinya keunggulan kompetitif (competitive advantages) (Grant, 1991). Namun demikian, terlepas dari perdebatan tentang sudut pandang perencanaan strategis suatu organisasi, kedua aliran jelas memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya sasaran dan tujuan organisasi melalui cara-cara yang sistematis sehingga keberhasilan yang mungkin terjadi dapat ditelusuri kembali.
            Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata.






BAB 11
PRINSIP DAN LANGKAH PENGEMBANGAN MANAJEMEN STRATEGIK


A.      Pengertian Manajemen Stratejik
Menurut Hunger dan Wheelen, manajemen strategik adalah seperangkat keputusan serta tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang dari suatu organisasi (perusahaan) (Hunger dan Wheelen, 1996). Bagi Fred David, manajemen strategik adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsi (cross-functional) yang memberdayakan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Oleh karenanya manajemen strategik berpusat pada penyatuan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, riset dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 1996). Sedangkan Proses Manajemen Strategik oleh Hitt, Ireland, dan Hoskisson (Hitt, Ireland, Hoskisson, 1995) dimengerti sebagai seperangkat komitmen, keputusan, dan tindakan yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk mencapai persaingan strategik dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata.
Alfred Chandler mengatakan bahwa strategi adalah suatu penentuan sasaran dan tujuan dasar jangka panjang dari suatu organisasi (perusahaan) serta pengadopsian seperangkat tindakan serta alokasi sumber-sumber yang perlu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut [Rumelt, Schendel, dan Teece, 1995]. Dalam kajiannya tentang strategi, Henry Mintzberg mencatat bahwa setidaknya strategi tidak sekadar memiliki dua elemen definisi, yaitu sebagai perencanaan (plan) dan pola (pattern). Lebih dalam lagi, ia mengungkap bahwa definisi strategi telah berkembang dengan tiga ‘P’ baru, yaitu posisi (position), perspektif (perspective), dan penerapan (ploy) (bandingkan Mintzberg, 1994b dan Mintzberg, Ahlstrand, dan Lampel, 1998).
Kajian tentang manajemen strategik yang terus berkembang selalu diarahkan untuk menghasilkan berbagai pendekatan yang memudahkan organisasi untuk melakukan penyesuaian strategi yang dipilihnya dalam kerangka menjamin keberhasilan usahanya. Dalam lingkungan bisnis yang semakin dinamis, bagaimanapun juga organisasi harus sanggup secara konstan menghadapi perubahan yang demikian cepat (Rainer dan Chaharbaghi, 1995). Formulasi strategi harus berupa proses kognitif dibanding proses konsepsi semata. Dalam kerangka inilah pembelajaran organisasi menjadi fokus perhatian utama riset dan kemampuan belajar diakui sebagai satu-satunya sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) (Nonaka, 1991).
Merangkum seluruh paparan di atas, Henry Mintzberg, Bruce Ahlstrand, dan Joseph Lampel mengidentifikasikan bahwa formulasi strategi dapat dikelompokkan ke dalam sepuluh aliran pemikiran dan tiga kelompok pemikiran. Kesepuluh aliran tersebut adalah: Design, Planning, Positioning, Entrepreneurial, Cognitive, Learning, Power, Cultural, Environmental, dan Configuration. Tiga aliran pertama masuk ke dalam kelompok Presikriptif yang lebih menekankan pada proses penyusunan strategi; enam aliran berikutnya masuk dalam kelompok Deskriptif yang menekankan pada bagaimana strategi dilakukan; dan aliran terakhir identik dengan kelompok ketiga, yaitu Konfigurasi yang mengkombinasikan/ mengintegrasikan aliran-aliran sebelumnya.(Mintzberg, Ahlstrand, dan Lampel, 1998).

B.       Prinsip Manajemen Stratejik
Pada prinsipnya, manajemen strategik terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Formulasi: meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan. Dalam hal penyusunan strategi, Fred R. David membagi proses ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu: input stage, matching stage, dan decision stage.(David, 1996). Termasuk di dalam formulasi strategi adalah pembahasan tentang bisnis baru yang akan dimasuki, bisnis yang dihentikan, alokasi sumber-sumber yang dimiliki, apakah akan melakukan ekspansi atau diversifikasi usaha, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk joint-venture, serta bagaimana untuk menghindari pangambilalihan secara paksa (hostile takeover).
2. Tahap Implementasi (biasa juga disebut tahap tindakan): meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi.(bandingkan dengan Senge, 1994). Pada tahap ini, ketrampilan interpersonal sangatlah berperan. Sebagaimana Carl von Clausewitz (1780-1831) dalam bukunya yang diterbitkan kembali On War, strategi bukanlah sekedar aktivitas problem-solving, tetapi lebih dari itu strategi bersifat terbuka (open-ended) dan kreatif untuk mempertajam masa depan dalam model chain of command di mana suatu strategi harus dijalankan setepat mungkin (menghindari bias-bias yang tidak perlu dalam setiap bagian struktur organisasi).
3. Tahap Evaluasi: meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: (a) menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan; (b) pengukuran kinerja; (c) pengambilan tindakan perbaikan (bandingkan dengan Kaplan dan Norton, 1996).
Manajemen strategis bukan hanya sebuah mata kuliah yang diajarkan di sebagian besar jurusan bisnis di banyak perguruan tinggi. Ini merupakan sebuah metode yang digunakan entrepreneur atau pemilik bisnis untuk merencanakan dan melaksanakan keberhasilan bisnisnya. Kelas manajemen strategis meliputi konsepsi dan penggunaan pemasaran, pengaturan pegawai,  outsourcing, program sosial kepedulian masyarakat,  dan banyak faktor lainnya yang menjadi bagian dari pengelolaan bisnis dengan baik.
1.      Visi
Satu prinsip manajemen strategis  ialah menciptakan dan menjaga visi perusahaan. Visi ini termasuk harapan bagi tempat perusahaan di pasar dalam jangka pendek dan jangka panjang, begitu juga dengan peran apa yang diambil perusahaan dalam masyarakat atau bahkan dalam bangsa.  Menjaga visi bisnis Anda dalam benak akan menentukan bagaimana Anda mengatur aspek lainnya dalam perusahaan.
2.      Metode-metode untuk Meraih Visi
Setelah Anda memiliki visi dalam perusahaan Anda, Anda harus menemukan cara untuk mencapainya. Ini termasuk memperkenalkan perusahaan terhadap sebanyak-banyaknya orang, mendorong penjualan, mempertahankan pelanggan atau membangun lokasi atau waralaba lain. Menemukan sebuah metode yang tepat dan cocok untuk bisnis Anda ialah sebuah aspek sukar dalam manajemen strategis. Mudah untuk mengetahui apa yang Anda inginkan, tetapi sangat sulit untuk tahu bagaimana cara mewujudkan keinginan tersebut. Metode-metode yang bisa digunakan yaitu perubahan personil, outsourcing, pemasaran dan periklanan, dan investasi.
3.      Pelaksanaan Metode
Manajemen strategis  tidak hanya meliputi perencanaan dan curah gagasan tetapi juga melaksanakan ide-ide dan metode yang telah Anda miliki.  Prinsip pelaksanaan manajemen strategis melibatkan realisasi ide-ide tersebut ke dalam dunia bisnis dan membuatnya bekerja untuk perusahaan Anda. Misalnya, setelah Anda memutuskan metode terbaik yang akan Anda gunakan untuk mendorong penjualan dalam bisnis Anda, contohnya iklan atau rencana pemasaran, manajemen yang baik juga membutuhkan pelaksanaan rencana tersebut. Hal ini bisa menjadi sebuah prinsip yang sulit karena sering membutuhkan investasi modal atau perubahan dalam perusahaan.
4.      Menyesuaikan Visi
Prinsip  manajemen strategis lainnya ialah menyesuaikan  visi dengan keadaan yang ada di sekeliling bisnis Anda. Karena kondisi pasar dapat mempengaruhi bisnis Anda, dipandang perlu untuk menyesuaikan visi. Sama halnya dengan kondisi pasar, teknologi juga selalu berubah. Bisnis Anda membutuhkan sebuah penyesuaian yang berkala agar perusahaan tetap dapat bersaing di pasar di mana ia bergerak

Terlepas dari pendekatan perencanaan yang digunakan, formulasi strategi harus berlandaskan pada pemahaman secara mendalam pada pasar, kompetisi, dan lingkungan eksternal. Strategi hadir dalam berbagai bentuk. Namun demikian, strategi akan mengidentifikasi tipe-tipe barang dan jasa yang akan dijual, sumber-sumber dan teknologi yang digunakan dalam proses produksinya, metoda koordinasi usaha-usaha dan rencana-rencana untuk digunakan untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif, serta tipe-tipe aktivitas yang diambil. Richard P. Rumelt mengidentifikasi empat tolok ukur yang digunakan untuk menguji baik atau tidaknya suatu strategi, yaitu (Rumelt, 1997):
1. Consistency: strategi tidak boleh menghadirkan sasaran dan kebijakan yang tidak konsisten.
2. Consonance: strategi harus merepresentasikan respons adaptif terhadap lingkungan eksternal dan terhadap perubahan-perubahan penting yang mungkin terjadi.
3. Advantage: strategi harus memberikan peluang bagi terjadinya pembuatan atau pemeliharaan keunggulan kompetitif dalam suatu wilayah aktivitas tertentu (terpilih).
4. Feasibility: strategi tidak boleh menggunakan sumber-sumber secara berlebihan (di luar kemampuan) dan tidak boleh menghadirkan persoalan-persoalan baru yang tidak terpecahkan.

C.      Kegagalan Strategi
            Andrew Campbell dan Marcus Alexander mengidentifikasi sekurang-kurangnya terdapat tiga alasan mengapa suatu strategi dapat gagal dalam mengantar suatu perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Ketiga hal tersebut adalah (Campbell dan Alexander, 1997):
1. Strategi Tanpa Arah (directionless strategies): kegagalan membedakan antara purposes (apa yang akan dilakukan organisasi) dan constraints (apa yang harus dilakukan suatu organisasi agar dapat bertahan). Perusahaan yang gagal memahami constraints yang dimilikinya dan salah membacanya sebagai maksud purposes, akan cenderung terlempar dari arena bisnis.
2. Kelumpuhan Perencanaan (planning paralysis): kegagalan menentukan pijakan awal untuk bergerak (dari strategi atau tujuan?) menyebabkan terjadinya rencana yang ‘lumpuh’ akibat kebingungan terhadap pelibatan ‘proses’ dalam penyusunan suatu strategi. Menentukan tujuan dan kemudian menyusun strategi untuk mencapainya ataukah meniru strategi yang telah terbukti berhasil dan kemudian menentukan tujuan yang dapat/ingin dicapai berdasarkan strategi tersebut.
3. Terlalu Fokus pada Proses (good strategy vs planning process): Seringkali manajer berharap untuk dapat menyusun suatu strategi yang baru dan lebih baik. Sayangnya keberhasilan seringkali tidak semata bergantung pada proses perencaaan yang baru atau rencana yang didesain dengan lebih baik, tetapi lebih kepada kesanggupan manajer untuk memahami dua hal mendasar, yaitu: keuntungan atas dimilikinya maksud (purposes) yang stabil dan terartikulasi dengan baik; serta pentingnya penemuan, pemahaman, pendokumentasian, dan eksploitasi informasi-informasi penting (insights) tentang bagaimana menciptakan nilai lebih banyak dibanding perusahaan lain.
Bandingkan temuan Campbell dan Alexander tersebut dengan apa yang diungkapkan Henry Mintzberg dalam tulisannya di Harvard Business Review (1994a) yang mengungkapkan bahwa perencanaan strategik (strategic planning) memiliki suatu potensi kegagalan besar. Kegagalan tersebut adalah keyakinan bahwa analisa akan menuju pada sintesa dan perencanaan strategik adalah pembuatan strategi (strategy making). Pada dasarnya, kegagalan ini disebabkan oleh tiga kesalahan mendasar pada asumsi, yaitu (Mintzberg, 1994a):
1. Fallacy of Prediction: tidak setiap hal dapat begitu saja diprediksi, kecuali hal-hal yang memiliki pola berulang (repetitive pattern) seperti musim. Sedangkan hal-hal lainnya seperti penemuan teknologi dan peningkatan harga hampir tidak mungkin diduga secara relatif akurat, kecuali oleh para visioner yang biasa membangun strateginya secara personal dan intuitif. (bandingkan Ansoff, 1965).
2. Fallacy of Detachment: seringkali manajer dipisahkan dari persoalan detil dan operasional, sesuatu yang seharusnya mereka kenal dengan baik. Ketika manajer terjauhkan dari hal-hal mendasar tersebut, manajer akan gagal memahami keseluruhan proses dan mengingkari konsep Frederick Taylor tentang manajemen bahwa proses harus sepenuhnya dipahami sebelum diprogram (lihat Jelinek, 1979).
3. Fallacy of Formalization: kegagalan perencanaan strategik adalah kegagalan sistem untuk bekerja lebih baik daripada manusia. Sistem formal atau mekanikal seringkali gagal mengimbangi informasi yang berkembang dalam otak manusia. Sistem memang sanggup mengelola informasi yang lebih banyak, tetapi tidak sanggup menginternalisasikan, mencernanya, dan mensintesanya. Formalisasi merujuk pada tata urutan yang rasional, tetapi pembuatan strategi adalah proses pembelajaran yang terus bergerak. Formalisasi akan gagal mencerna sesuatu yang tidak kontinu dan baru. Dan oleh karenanya pemahaman tentang perencanaan strategik (strategic planning) harus bisa dibedakan dari pemahaman tentang pembuatan strategi (strategy making). Keduanya tidak bisa dianggap sama.

D.      Segitiga Strategi
Salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan secara terus-menerus oleh para ahli strategi adalah segitiga strategi-struktur-kultur. Dalam segitiga ini hubungan ketiga elemen tersebut harus dapat dikelola sedemikian rupa agar menjadi seimbang antara satu dengan lainnya. Ketimpangan hubungan tersebut akan bermuara pada tumpulnya stratagi yang dibangun.
Strategi mengkaji tentang gerak langkah yang akan diambil perusahaan dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan. Kajian tentang struktur memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi beserta berbagai unsur lainnya yang terkait. Sedangkan kajian atas kultur memusatkan perhatian pada persoalan manajemen sumber daya manusia, manajemen perubahan, kultur organisasi, dan berbagai unsur lainnya yang terkait.






DAFTAR PUSTAKA


Ansoff, H. Igor. Corporate Strategy, McGraw-Hill, New York, NY, 1965.
Campbell, Andrew dan Marcus Alexander. “What’s wrong with strategy?” Harvard Business Review, November-December 1997, pp. 2-8.
Clausewitz, Carl von. On War, Princeton University Press, Princeton, NJ, 1989.
David, Fred R. Strategic Management, Prentice Hall International, Inc., the Philippines, 1996.
Grant, R.M. “The resource-based theory of competitive advantage: implications for strategy
Hunger, J. David, dan Thomas L. Wheelen. Strategic Management, Addison-Wesley Publishing Company, Reading, Massachusetts, 1996.
Jelinek, Mariann. Institutionalizing Innovation: a study of organizational learning systems, Praeger, New York, NY, 1979.
Kaplan, Robert S. and David P. Norton. The Balance Scorecard, Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts, 1996.
Mintzberg, Henry, Bruce Ahlstrand, and Joseph Lampel. Strategy Safari: a guided tour through the wilds of strategic management, The Free Press, New York, NY, 1998.